MahasiswaDemo di Jakarta, Jokowi Berkantor di Istana Bogor. Lizsa Egeham. 20 Okt 2020, 12:28 WIB Diperbarui 20 Okt 2020, 12:28 WIB. Copy Link; (Presiden di Bogor) karena ada rapat intern dan tentunya kunjungan tamu negara. Itu sudah ter-schedule 10 hari bahkan sebulan yang lalu. Tidak ada kaitannya (dengan demo)," kata Heru. Soloposcom, BOGOR—Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kota Bogor melakukan demo mahasiswa di Istana Bogor pada Jumat (8/4/2022). Demo bertema Gerakan Bogor Menggugat Istana itu dilakukan BEM Bogor setelah ikut unjuk rasa dengan Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI) pada Jumat, 1 April lalu di Istana Negara. Perwakilan BEM dari Universitas Juanda Ratusan warga yang bermukim di wilayah Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, mendatangi lokasi pembangunan Masjid Imam Ahmad bin Hanbal di Jalan Pandu Raya, Senin (7/8). Mereka menolak pembangunan masjid karena dinilai meresahkan warga sekitar. Sejauhini, aksi yang dilakukan mahasiswa di Bogor masih terbilang kondusif tanpa tindakan anarkis. "Tadi demo dari Cibinong ke kawasan Sentul. Alhamdulillah, aman," kata Kapolsek Babakanmadang BeritaDemo Buruh Di Kabupaten Bogor - Demo buruh di Kantor Bupati Bogor. SssXbO. BOGOR - Badan Eksekutif Mahasiswa BEM Kota Bogor melakukan demo mahasiswa di Istana Bogor pada Jumat 8/4/2022. Demo bertema Gerakan Bogor Menggugat Istana itu dilakukan BEM Bogor setelah ikut unjuk rasa dengan Aliansi Mahasiswa Indonesia AMI pada Jumat, 1 April lalu di Istana BEM dari Universitas Juanda, Ruben Bentiyan mengatakan, demo ini dilakukan karena Presiden Jokowi dinilai juga mengkritik Jokowi karena tidak membuat pernyataan sikap resmi atas beberapa isu inkonstitusional yang digaungkan Menterinya atau parpol koalisinya. "Hari ini rakyat dibuat bingung dan kacau, harga-harga naik, komoditi susah dan langka, eh minta nambah jabatan. Untuk itu kami bersama seluruh BEM di 22 kampus siang ini akan aksi menggugat Presiden ke Istana Bogor," kata Ruben kepada Tempo, Jumat, 8 April Bogor Menggugat Istana ini meminta Presiden Jokowi mengabulkan enam tuntutan. Pertama, mahasiswa menolak keras wacana perpanjangan masa jabatan. Kedua, menyuruh Presiden membuat pernyataan resmi menolak perpanjangan masa jabatannya dengan memecat Menteri yang menggaungkannya. Ketiga, memecat Menteri Perdagangan dan segera membuat langkah preventif menyediakan Sembako dengan harga murah bagi JugaBEM SI Demo Besar 11 April, Tuntut Jokowi Tolak Penundaan PemiluAnak Muda Indonesia Belum Siap Jadi Bagian dari Bonus DemografiPDIP Gelar Demo Masak Tanpa Minyak GorengTuntutan keempat, mahasiswa mendesak Jokowi untuk menunda dan mengkaji ulang UU IKN, karena berdampak pada ekologi dan berpotensi konflik agraria. Tuntutan kelima, mahasiswa meminta pembatalan kenaiakan BBM Non-subsidi dan menyediakan BBM bersubsidi bagi rakyat."Keenam, menolak kenaikan PPN karena akan berdampak pada kenaikan harga bahan pokok kebutuhan rakyat," kata BEM atau juru bicara kampus Pakuan, Pamudya Fajar mengatakan, demo ini akan diikuti oleh ribuan orang. Pramudya menyebut, demo tersebut bukan hanya dari elemen mahasiswa saja, melainkan beberapa elemen gabungan dari seluruh mengatakan demo mahasiswa bersama sejumlah elemen masyarakat itu akan mendesak Presiden Jokowi untuk segera ambil langkah dan membuat pernyataan resmi."Waktu yang kami berikan 3 kali 24 jam dari hari ini, jika tidak maka kami akan melipatgandakan jumlah mahasiswa dan elemen rakyat lainnya untuk bersama turun ke Parlemen jalanan," kata Pramudya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News - Tidak banyak yang tahu nama pesantren Minhajus Sunnah di daerah Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Saat saya ke sana pada Jumat pekan lalu 3/3, butuh lima kali memutari jalan kampung, membelah sawah dan ladang tebu untuk menemukan pesantren milik Yazid bin Abdul Qodir al-Jawas, seorang ulama Salafi yang namanya tersohor di Kota Bogor. Yazid merupakan alumnus LIPIA Jakarta dan murid Prof Dr. Syaikh Abdurrazzaq Dosen akidah di Universitas Islam Madinah.Tak ada plang pesantren Minhajus Sunnah. Ketika saya mencari pesantren itu, baik warga maupun sopir ojek sama sekali tak tak tahu. Saya baru menemukan nama pesantren setelah berputar mengelilingi kampung dan perumahan selama satu jam. Pagar di depan pesantren tak terbuka lebar, pintunya hanya dibuka buat orang melintas muat sebadan. Saya baru mengetahui Pesantren Minhajus Sunnah ketika waktu salat Jumat lelaki memakai baju koko dan celana cingkrang bergegas memasuki pesantren. Mereka memelihara jenggot panjang atau lihyah layaknya penganut mazhab Salafi yang menjalankan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Di dalam pesantren, saya didatangi santri yang bertugas sebagai keamanan Minhajus Sunnah. Ia menanyakan maksud dan tujuan saya. Ia meminta saya menunggu. Dan ia tak ingin namanya dikutip. Saya menunggu untuk bertemu dengan pengurus pesantren di masjid, terletak di depan pintu masuk pesantren. Pesantren ini khusus laki-laki. Mereka ramah, bahkan selama saya menunggu, saya dibawakan makanan. Pesantren Minhajus Sunnah sekilas tampak tertutup. Bahkan rencana buat melakukan wawancara dengan pengurus pesantren harus melewati banyak tahap. Semua barang yang saya bawa diperiksa oleh santri yang bertugas dalam keamanan pesantren. Santri itu juga mendata kartu identitas penduduk saya. Pada dasarnya, pihak pesantren menurut santri itu terbuka untuk siapa saja. Namun mereka menolak untuk diberitakan. Sebab, pesantren Minhajus Sunnah sudah memiliki publikasi yaitu Majalah As-Sunnah dan Radio Rodja. Dua media itu merupakan sarana publikasi dakwah Salafi dan media resmi jaringan Salafi di Indonesia. Dari brosur penerimaan santri baru tahun pelajaran 2004, pengajian terbuka untuk umum, dilakukan setiap hari, dan kebanyakan pesertanya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor IPB. Kitab yang dibahas dalam pengajian itu adalah kitab-kitab karangan Muhammad bin Abdul Wahhab dan ulama Salafi/Wahabi lain seperti misalnya kitab Al-Ushul ats-Tsalatsah Tiga Landasan Utama dan Al-Qawa'id al-Arba’ Empat Kaidah Dasar karangan Abdul Wahhab. Selain menjadi bahan dalam pengajian terbuka, seperti yang tertulis dalam brosur, kitab-kitab ini menjadi bahan rujukan pesantren. Pilihan kitab-kitab ini sebagai bahan ajar tidaklah mengherankan. Karena, dalam deskripsi yang tertulis di brosur pesantren, mereka mengikuti aliran ulama Salaf al-Shalih atau beraliran Salafi para pendahulu yang saleh. Ajaran mereka menekankan pada contoh-contoh teladan Nabi Muhammad dan generasi pertama umat Islam. Dakwah Wahabi Sebetulnya pelajaran kitab-kitab itu tak ada yang aneh. Sebagai pengikut Salaf al-Shalih, kitab-kitab itu menjadi rujukan ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab, yang aliansinya pada pendirian negara Saudi meletakkan paham Wahabisme pada abad k-18. Abdurrahman Wahid, pemikir muslim dan mantan presiden Indonesia, dalam Ilusi Negara Islam Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia 2009, menyebutkan Wahabi sebagai aliran Islam garis keras. Aliran itu berupa pemutlakan agama berdasarkan Alquran dan hadis. Wahid menulis pemahaman yang serba mutlak membuat aliran Salafi/Wahabi gampang mengecap umat lain yang melakukan amaliah berbeda sebagai kafir. Mereka, kata Gus Dur, menolak amaliah dari hasil akulturasi Islam dengan budaya Indonesia. Sehingga aliran ini juga disebut gerakan anti-bidah sesuatu yang tidak ada di zaman Nabi Muhammad.Ajaran pesantren Minhajus Sunnah berpaham Wahabi bisa didengar dari mukaddimah yang dibacakan oleh khatib saat salat Jumat. Dalam khotbahnya, si ustaz mengutip hadis yang berbunyi, kullu bidatun dhalalatun, wa kullu dhalatun fi an-nar’. Kurang lebih artinya segala sesuatu yang bidah itu buruk, dan segala keburukan itu berada di neraka. Hal ini dikuatkan dari dua santri juga ustaz yang saya temui. Mereka menyebut bidah adalah bagian dari subhat amaliah samar yang menurut keyakinan mereka seolah baik tapi pada dasarnya membawa keburukan. Alasannya, perbuatan itu sama sekali tak pernah diajarkan dan dilakukan langsung oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Mereka membenarkan jika ajaran pesantren itu merupakan pemurnian Islam. Bagi mereka, pemurnian adalah suatu keniscayaan, sebab ajaran Islam, menurut mereka, haruslah murni. Mereka tak setuju bila paham mereka disebut sebagai Wahabi. Mereka hanya mau disebut sebagai Ahlussunnah Wal Jamaah. Bagi mereka, Ahlussunnah Wal Jamaah tidak mengakui adanya firqoh golongan tertentu. Pengkader Dai-Dai Salafi/Wahabi Menurut Suhanah dalam penelitiannya berjudul "Jaringan Salafi Bogor" Jurnal Harmoni, Oktober-Desember 2010, Minhajus Sunnah didirikan oleh Yazid bin Abdul Qodir al-Jawas, alumni Universitas Islam ibnu Saud di Riyadh, Arab Saudi, yang menjadi tempat belajar tingkat tinggi para calon dai. Para calon dai ini belajar selama tiga tahun dan sesudah lulus melakukan pengabdian selama dua tahun. Pengabdian ini dapat dilakukan para santri dengan mengajar di Minhajus Sunnah, berdakwah di daerah asal mereka, dan mengajar di lembaga-lembaga pendidikan Islam yang beraliran Salafi/ pendidikan yang berafiliasi dengan Salafi/Wahabi berada di seluruh Indonesia. Di antaranya Pesantren Islam al-Irsyad di Solo Jawa Tengah, Pesantren Ihya As-Sunnah Tasikmalaya Jawa Barat, Pesantren al-Mahad Bermanhaj Salaf di Bekasi Jawa Barat, Sekolah Dasar Islam an-Najah di Jakarta Barat, dan Pesantren Imam Ahmad di Baranangsiang Bogor. Selain mengabdi, para santri di Minhajus Sunnah juga ada yang banyak melanjutkan studi ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab LIPIA dan ke pelbagai universitas Islam di Arab Saudi. LIPIA didirikan pada 1980-an di Jakarta dengan nama awal Lembaga Pengajaran Bahasa Arab LPBA, cabang resmi dari Universitas Islam Ibnu Saud di Riyadh. Direktur pertama LIPIA bernama Abdul Aziz bin Baz, berkebangsaan Arab Saudi. Sampai hari ini LIPIA telah menghasilkan ribuan alumni termasuk di antaranya Ja'far Umar Thalib pendiri Laskar Jihad dan Rizieq Shihab pendiri Front Pembela Islam. Mereka yang berasal dari Minhajus Sunnah melanjutkan studi di LIPIA secara gratis dengan beasiswa pemerintah Arab Saudi. Kendati begitu, tidak semua santri alumni Minhajus Sunnah yang mendaftar ke LIPIA bisa langsung diterima. Mereka tetap harus melalui serangkaian seleksi. Bagi mereka yang gugur dalam seleksi, rata-rata memilih mengabdi di Minhajus Sunnah sambil belajar kembali. Jejaring Individu Hubungan antara Minhajus Sunnah dan lembaga-lembaga pendidikan Salafi/Wahabi lain tak lepas dari jejaring individu para pengajarnya. Dalam penelitian Suhanah, dijelaskan para pemilik lembaga tersebut adalah para ulama Salafi/Wahabi alumnus Arab Saudi. Yazid bin Abdul Qodir al-Jawas pendiri Minhajus Sunnah Bogor merupakan teman dari Ustadz Abu Yahya Badrusalam pendiri masjid dan lembaga pendidikan Al Barkah serta Radio Rodja di Cileungsi. Adapun Badrusalam memiliki hubungan baik dengan Zein al-Atas di Batam dan Abu Fairuz ketika sama-sama belajar di Timur Tengah. Ada juga Syaikh Mudrika Ilyas Pesantren Al-Mahad Bermanhaj Salaf Bekasi yang punya hubungan baik dengan ulama Salafi di Rodja, Cileungsi. Begitu pula Abdul Hakim yang tinggal di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, aktif bekerjasama dengan Yazid komunikasi tentu bertujuan mengembangkan jaringan intelektual dan dakwah di antara mereka yang tinggal berjauhan dari daerah asal mereka. Seperti halnya Arman Amri Minhajus Sunnah yang berasal dari Padang dan tinggal di Bogor, Zainal Abidin dari Lamongan dan tinggal di Cileungsi, dan Yazid al-Jawas dari Kebumen dan tinggal di hanya itu, dalam memperkuat jaringannya, mereka kerap melakukan daurah diskusi yang menghadirkan ulama-ulama internasional. Di antaranya Dr. Syaikh Abdurrazaq Madinah, Syaikh Ali bin Hasan Yordania, Syaikh Masyhur Hasan Salman Yordania, dan Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili Madinah. Dalam buku Laskar Jihad 2008 pada bab "Ekspansi Kaum Salafi", Noorhaidi Hasan menulis bahwa Yazid al-Jawas bersama Ja'far Umar Thalib diajak oleh Abu Nida untuk mendirikan Yayasan As-Sunnah pada 1992 bersamaan dengan membangun masjid di Degolan, Kaliurang, Yogyakarta. Abu Nida adalah tokoh senior dalam jaringan dakwah Salafi di Indonesia, kelahiran Lamongan, Jawa Timur, yang mendapat pendidikan di kampus Saud Riyadh setelah belajar bahasa Arab di LIPIA, atas sponsor Muhammad Natsir, tokoh Masyumi pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Yayasan As-Sunnah, demikian Noorhaidi, kegiatan dakwah lewat halaqah forum pendidikan dan daurah didorong untuk mempromosikan gerakan Salafi. Mereka lantas menerbitkan As-Sunnah, berkala pertama Salafi yang terbit di Indonesia pada 1994 tempat Yazid al-Jawas menjabat redaktur ahli. Mereka menyiarkan ajaran Wahabi dan fatwa dari otoritas keagamaan Saudi terkait soal jenggot, televisi, radio, dan mereka menarik minat para pengurus yayasan dari Timur Tengah, al-Haramyn dan Jam'iyyat Ihya' al-Turats al-Islami, masing-masing dari lingkungan penguasa keagamaan Saudi dan Kuwait. Dari jalur ini kelak Abu Nida mendirikan kampung Islami di Wirokerten, Bantul, al-Jawas, tulis Noorhaidi, bersama Ja'far Umar Thalib menjalankan pesantren al-Irsyad Tengaran, Salatiga, Jawa Tengah, yang ditugaskan oleh LIPIA sepulang mereka belajar dari Universitas Islam ibnu Saud. Sarjana keturunan Hadrami ini "sibuk dengan tugas mempopulerkan ajaran Salafi" ke kalangan mahasiswa dan melayani undangan khotbah di pelbagai kota di Jawa Noorhaidi, kegigihan mereka menyebarkan ajaran Wahabi membuat pesantren Tengaran sebagai "salah satu mata rantai terpenting dalam jaringan penyebaran gerakan Salafi di Indonesia." Jaringan Pendanaan Selain jaringan kelembagaan dan individu, yang penting dari jaringan Salafi/Wahabi adalah pendanaan. Menurut Gus Dur dalam Ilusi Negara Islam, jaringan Salafi/Wahabi di Indonesia mendapat kucuran dana dari Arab Saudi hingga mencapai kurang lebih 90 miliar dolar Amerika Serikat, termasuk dalam bentuk beasiswa melalui LIPIA dan pelbagai lembaga pendidikan menurut penelitian Suhanah, untuk gerakan Salafi/Wahabi di Bogor, sumber dana dari para simpatisan yang menyumbang melalui rekening Radio Rodja dan sumbangan salah seorang pemilik Hotel Grand Aliya dan Hotel Alma di Jakarta. Selain itu, dari penjualan jahe dan habbatussauda, sari kurma, dan minyak wangi. Untuk Minhajus Sunnah sendiri, pihak pesantren mengaku mendapatkan dana sumbangan dari biaya pendidikan yang dibayarkan para santri serta infak dari para jemaah dan ini, menurut keterangan dari pihak Minhajus Sunnah, pesantren telah meluluskan ratusan orang sejak berdiri pada 1998, dengan kuota penerimaan santri setiap angkatan sebanyak 80-90 orang. Untuk diterima ke pesantren ini, pendaftar harus setidaknya hafal 2 juz Alquran. Selain memiliki pesantren Minhajus Sunnah, Yazid al-Jawas juga memiliki pondok Imam Ahmad di Baranangsiang, Kota Bogor, dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Anak Shalih di Kecamatan Bogor Utara. Yazid menjabat sebagai Ketua Yayasan Imam Ahmad bin Hanbal, sebuah lembaga yang juga memiliki masjid Imam Ahmad bin Hanbal, yang kehadirannya belakangan mendapat penolakan dari warga Diperbarui pada 7 Maret, pukul 2312 - Politik Reporter M. Ahsan RidhoiPenulis M. Ahsan RidhoiEditor Fahri Salam BOGOR, - Aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak BBM terus digerakkan sejumlah elemen di Kota Bogor, Jawa Barat. Pada Rabu 7/9/2022 ini, sejumlah aksi unjuk rasa akan dilakukan di sejumlah titik mulai siang informasi yang diterima, massa pengunjuk rasa sebagaian besar berasal dari kelompok mahasiswa. Baca juga Penghasilan Tak Menentu, Nelayan di Kamal Muara Kian Terbebani Lonjakan Harga BBM Mereka yang bakal berdemo berasal dari Forum Komunikasi Umat Islam Bersatu FKUB, Fakultas Hukum FH Universitas Pakuan, dan BEM Universitas Djuanda Unida Bogor. Adapun lokasi aksi unjuk rasa dipusatkan di beberapa titik, mulai dari depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kota Bogor, kawasan Tugu Kujang, Jalan Sudirman, dan juga Pintu III Istana Kepresidenan Bogor. Polisi pun mengimbau masyarakat yang beraktivitas siang ini untuk menghindari titik-titik lokasi pusat unjuk rasa. Dilansir dari laman akun Instagram satlantas_polrestabogorkota, polisi telah menyiapkan beberapa titik penyekatan atau rekayasa arus lalu lintas untuk mengurai kemacetan dari jalannya aksi unjuk rasa. Pengalihan arus kendaraan dilakukan mulai dari Jalan Ahmad Yani, arus dari arah Sawojajar, Jalan Pengadilan, Jalan Djuanda, dan Jalan Otista. Sementara estimasi waktu pengalihan arus kendaraan dilakukan mengikuti situasi di lapangan. Kepolisian Resor Bogor Kota pun mencatat gelombang aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM akan berlangsung hingga Jumat mendatang. Baca juga Nyanyian Pantang Pulang Sebelum Menang dan Ancaman Buruh Saat Demo Tolak Kenaikan Harga BBM... Une foule compacte a accueilli les candidats de la liste indépendante, Wadani Assajog’’ de la région d’Ali Sabieh, lors d’un meeting très populaire tenu le lundi après-midi dernier, dans le quartier Barwaqo de la ville chef-lieu de cette région. Au cours de la troisième journée de campagne pour le scrutin du 11 mars prochain, les candidats de la liste indépendante, Wadani Assajog’’, ont choisi le quartier Barwaqo pour tenir leur meeting. Habillé de T-shirt roses, couleur fétiche de leur liste, le chef de file, Faisal Mahamoud Wabéri et les 16 autres candidats de la liste Wadani Assajog’’ ont été accueillis à leur arrivée sur le site spécialement aménagé pour cette occasion, par une importante foule, en majorité des rencontre entre les habitants du quartier Barwaqo et les candidats de Wadani assajog’’ a été plus que chaleureuse les uns et les autres s’embrassaient et se donnaient l’accolade avec cœur ouvert. Après des animations riches en danses folkloriques, les différents candidats qui se sont succédés au micro, ont tour à tour appelé l’assistance à plébisciter les candidats de la liste indépendante, Wadani Assajog’’, quand ils se retrouveront derrière les isoloirs dans les bureaux de vote le 11 mars prochain. Du haut de l’estrade dressée sur place, le chef de file de la liste, Faisal Mahamoud Wabéri a, quant à lui, rappelé l’importance que revêt ce 4ème scrutin local. Il a en outre indiqué que les candidats de la liste indépendante, Wadani Assajog’’ sont issus des différents quartiers et des localités de la région d’Ali Sabieh et qu’ils sont aptes à répondre aux aspirations de leurs concitoyens. Les candidats de Wadani Assajog’’, sont les seuls qui, dans cette campagne, proposent un programme bénéfique pour les habitants de la région d’Ali Sabieh. C’est un programme sérieux et nous avons foi en notre programme et en Dieu» a-t-il déclaré. C’est pourquoi je vous exhorte à vous mobiliser massivement le 11 mars prochain pour voter en faveur de la liste, Wadani Assajog’’ et vos soucis seront les nôtres», a-t-il conclu. Il est à noter que trois femmes figurent dans cette liste indépendante, Wadani Assajog’’, dont notamment Ismahan Sheiko Hamadou, fille de l’ancien champion d’Athlétisme. Rappelons que Ali Sabieh est la seule région du pays, y compris la capitale, où trois listes, à savoir l’UMP, Wadani Assajog’’ et Développement et Justice’’, sont en lice. Rachid Bayleh

demo wahabi di bogor